EKONOMI DALAM AL QUR-AN


EKONOMI DALAM ِALQURAN*

 

 

Pendahuluan.

Fenomena pertama tentang mukjizat Alquran terlihat dari dimensi bahasa yang begitu indah dan memukau, hal yang wajar dimana kondisi saat itu menjadikan kemampuan berbahasa dalam bentuk syair sebagai standar wacana pemikiran. Dan hal yang tidak diragukan lagi, kemukjizatan Alquran tidak terbatas pada dimensi itu saja tapi ada dimensi lain yang mengungkapkan kemukjizatannya, salah satunya dimensi ekonomi. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa pertimbangan sebagai berikut,
a. Aktivitas ekonomi adalah aktivitas manusia sehari-hari dan merupakan   kegiatan utama dalam mempertahankan hidup dan mengisi proses sejarah.
b. Konstitusi yang berlaku disuatu masyarakat baik dalam politik, sosial, ekonomi dan lainnya sangat dipengaruhi oleh jenis aktivitas ekonomi yang berlaku dan dianut oleh masyarakatnya.
c. Tabiat dan pola pikir suatau masyarakat dihasilkan oleh status dan kondisi ekonomi yang sedang dijalaninya.
d. Majunya suatu peradaban bangsa baik materil maupun non materil ditentukan oleh pertumbuhan ekonominya.
Dari uraian diatas, jelaslah tentang pentingnya peran ekonomi dalam mengungkap sejauhmana Alquran itu dapat dianggap sebagai mukjizat.
Hal tersebut bertambah kuat dengan firmanNya,

ودّ الذين كفروا لو تغفلون عن أسلحتكم وأمتعتكم فيميلون عليكم ميلة واحدة... ( النساء 102)
Orang-orang yang kafir ingin supaya kamu terlengah dari senjata dan barang-barangmu, lalu mereka menyerang dengan sekaligus… (QS 4:102).

Orang-orang kafir berharap dan menunggu-nunggu kesempatan lengahnya umat Islam, mereka mengira hanya pada waktu shalatlah kesempatan itu ada, sehingga mereka bisa melakukan penyerangan total. Kelengahan tidak harus terjadi karena shalat, buktinya Allah telah memberikan keringanan-keringanan walaupun diwaktu shalat. Hal itu mengindikasikan adanya kelemahan lain yang bisa terjadi apabila umat Islam tidak lagi konsen terhadap urusan ekonomi, militer dll. Dan memang akhirnya kelengahan itu benar-benar terjadi bahkan menjadi budaya dan sangat kronis dimana umat Islam tidak lagi mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk bangkit maju apalagi mempertahankan, bahkan umat Islam benar-benar telah terjerumus dalam perangkap musuh.

Karakteristik Ekonomi dalam Alquran
Alquran disamping menonjolkan aspek-aspek ketuhanan yang harus dicerna oleh manusia, juga ada aspek kemanusiaan yang memberikan kebebasan untuk melakukan kreativitas dan aktivitasnya. Hal tersebut akan nampak dalam karakter ekonomi yang digambarkan oleh Alquran. Artinya manusia mempunyai kebebasan untuk mengatur kehidupannya selama tidak melewati batas-batas yang telah digariskan oleh Tuhannya dalam bentuk aturan yang permanen, universal dan global. Terkadang manusia tidak menyadarinya dan menganggapnya sebagai intervensi agama yang akan menghalangi dan membatasi kebebasannya.
Karakteristik ekonomi dalam Alquran dapat dilihat dalam tiga pokok kajian,
1.Ekonomi Alquran adalah kombinasi antara nilai-nilai yang permanen dan sistem yang elastis (Norma yang universal dan Aplikasi yang kondisional)
Politik ekonomi dalam Alquran terbagi pada dua dimensi. Pertama, Dimensi Ketuhanan, dimana dasar-dasar ekonomi dan nilai-nilainya telah diformatkan secara permanen oleh Tuhan. Yang kedua, Dimensi Kemanusiaan, dimana aplikasi dan metodenya diserahkan pada tuntutan dan kebutuhan manusia.
Penjabarannya akan lebih jelas dalam point-point sebagai berikut.
A.Ekonomi Alquran adalah ekonomi ketuhanan dalam tataran normatif dan etisnya, dan sebagai ekonomi kemanusiaan dalam tataran aplikasi dan aksinya.
Contoh pertama, firmanNya,
يأيها الذين آمنوا لا تأكلوا اموالكم بينكم بالباطل الا ان تكون تجارة عن تراض منكم... ( النساء 29 )
Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan harta sesama kamu dengan jalan yang salah, melainkan dengan perniagaan diatas sukarela satu sama lain…(QS 4:29)

كى لا يكون دولة بين الأغنياء منكم... ( الحشر 7 )
…Supaya itu jangan hanya beredar dilingkungan orang-orang yang mampu diantara kamu…(QS 59:7)

وآتوهم من مال الله الذين اتاكم... ( النور 33 )
Dan berikanlah kepada mereka harta Allah yang telah diberikanNya kepada kamu…(QS 24:33)

وفي أموالكم حق معلوم للسائل والمحروم... ( الذاريات 19 )
Dan sebagian dari kekayaan mereka diberikannya untuk orang-orang yang meminta dan (Si miskin) yang tiada meminta… (QS 51:19)  
يسئلونك ماذا ينفقون قل العفو... ( البقرة 219 )
Dan mereka menanyakan kepada engkau: Apakah yang akan mereka nafkahkan? Katakan : Kelebihan dari yang perlu… (QS 2:219)

Contoh kedua, Umar bin Khattab telah menolak membagikan harta rampasan perang di Irak sebagai ghanimah, padahal dalam Alquran, harta tersebut dianggap sebagai ghanimah yang harus dibagikan pada para mujahidin. Juga Ibn Hazm memfatwakan kebolehan penguasa adil untuk merampas harta orang kaya apabila pemerintahan dalam kondisi terjepit padahal dalam Alquran tidak boleh mengambil harta umat islam kecuali dengan cara yang baik dll.
B.Nilai-nilai ekonomi ketuhanan tidak terbatas atau terpaku oleh praktek-praktek sejarah tertentu atau bentuk-bentuk tertentu.
Contoh, praktek dan bentuk perekonomian fase khulafa’rasyidin bukan sebagai sumber rujukan hukum dalam melegimitasi suatau bentuk ekonomi baru.
C.Sistem aplikasi ekonomi tertentu tidak membatasi untuk timbulnya praktek-praktek dan bentuk-bentuk perekonomian baru, status suatu hukum akan berubah dengan berubahnya kondisi.
Contoh, praktek perbankan yang bebas riba itu sesuai dengan nilai-nilai ekonomi Alquran padahal belum pernah ada prakteknya pada jaman sebelumnya.

2. Ekonomi Alquran adalah kombinasi antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum (Komfirmasi dan balancing antara dua kebutuhan yang bertentangan)
Setiap sistem ekonomi, baik Kapitalis, Sosialis, Fasis ataupun Islam mempunyai tujuan yang sama, adalah untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan itu sendiri relatif dan coraknya banyak, yang secara global terbagi dua, kebutuhan pribadi dan kebutuhan umum, keduanya bisa berdikari tapi terkadang saling bertentangan. Solusi untuk kondisi yang terakhir itulah yang membedakan antar sistem-sistem tadi. Ekonomi Kapitalis lebih cenderung untuk membela kebebasan individu, Ekonomi Sosialis lebih cenderung untuk mementingkan ekonomi kebersamaan dan Ekonomi Alquran cenderung menengahi dua kepentingan tsb, sebagaimana firmanNya,
وكذالك جعلناكم امة وسطا... ( البقرة 143 )
Begitulah, kami jadikan kamu ummat pertengahan… (QS 2:143)

Penjabarannya akan lebih jelas dalam point-point sebagai berikut.

a.Dasar hukum dalam Alquran adalah maslahat, aplikasinya ;
- Maslahat manusia adalah objek standar pemberian hukum, contohnya sebagaimana tercantum dalam firman-Nya,
إنما حرم عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وماأهل به لغير الله فمن اضطر غير باغ ولا عاد فلا إثم عليه...
( البقرة 173 )
Hanyalah yang dilarang tuhan atasmu : Mayit (bangkai), darah, daging babi dan yang disembelih bukan dengan nama Allah, tetapi siapa yang terpaksa oleh keadaan, tidak sengaja hendak melakukan kesalahan dan melanggar aturan, makalah tidaklah ia berdosa…(QS 2:173)
Bangkai, darah dan lainnya tidak semata dilarang kecuali mengandung zat yang membahayakan bagi kehidupan manusia, hal tersebut baru terbukti secara mengganaskan dengan munculnya penyakit “sapi gila” kemudian diikuti oleh muncul penyakit yang lebih sadis lagi, penyakit “kanker mulut dan kaki”. Itu semua diakibatkan oleh konsumsi ternak dari darah dan bangkai yang diolah menjadi makanan hewan. Tetapi ketika dihadapkan dengan kondisi yang terpaksa/kebutuhan yang lebih mendesak, maka solusi alternatifnya adalah memilih yang beresiko rendah.
- Kebutuhan akan berubah sesuai dengan perubahan status, kondisi dan tempat, artinya maslahatpun akan berubah sesuai dengan perubahan kebutuhan.
- Perlunya ada prioritas standar kebutuhan, dimana primer lebih didahulukan atas skunder dan skunder lebih didahulukan atas pelengkap.

b.Menyeimbangkan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum.
Ekonomi kapitalis lebih memberikan kebebasan individu atas kepentingan umum, dimana  hak-hak pribadi lebih dominan dibanding dengan hak umum, sebaliknya ekonomi sosialis lebih mengedepankan kebersamaan dan kesamaan dengan mengebiri hak-hak pribadi. Sementara itu ekonomi islam datang untuk mengayomi kepentingan dua-duanya, setiap kelompok mempunyai hak dan kewajiban yang proporsional sehingga terciptalah balance kehidupan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum, hal tersebut disinyalir dalam firmanNya,
لا تظلمون ولا تظلمون... (البقرة 279 )
Kamu tidak dapat merugikan (orang yang berhutang) dan tidak pula akan dirugikan (QS 2:279)

لا تبخسوا الناس أشياءهم... ( الأعراف 85 )
…janganlah kamu kurangkan hak-hak manusia itu…(QS 7:85)

Kalau diumpamakan, sistem ekonomi Alquran bagaikan awak-awak kapal yang berada ditengah lautan, setiap awak mempunyai job dan kewajiban, apabila salah satunya tidak melaksanakannya dan bekerja semaunya sendiri, maka semuanya akan tenggelam.

c.Apabila terjadi pertentangan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum, maka kepentingan umum harus lebih didahulukan, hal tersebut dapat terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu seperti dalam keadaan perang, kelaparan dan bencana. Dalam kondisi tersebut kepentingan umum harus lebih diutamakan dan dikedepankan dibandingkan dengan kepentingan pribadi. Sebagaimana dalam kaidah ushul “ apabila ada dua kepentingan bertentangan maka kepentingan yang lebih ringan harus dikorbankan”.

3. Ekonomi Alquran adalah kombinasi antara kepentingan materi dan tuntutan spiritual (Eksistensi kontrol sang khaliq menjadi bagian integral kehidupan berekonomi).
Semua sistem ekonomi mempunyai tujuan yang sama, yaitu memuaskan kebutuhan materil. Ekonomi kapitalis berusaha menumpuk modal personal dan untuk personal, ekonomi sosialis berusaha memenuhi kebutuhan sosial yang tercermin dalam kemakmuran ekonomi masyarakat secara keseluruhan tapi ekonomi Alquran tidak sampai disitu, kebutuhan materil dijadikannya sebagai sarana menuju tujuan yang lebih jauh dan abstrak, mencapai ketenangan spiritual, hal tersebut tidak akan tercapai kecuali apabila praktek-praktek ekonomi yang dilakukannya benar-benar memenuhi kriteria yang digariskan sang Khaliqnya, yang intinya adalah mencari ridhaNya dan menjauhi amarahNya.
Memang, Islam sangat memperhatikan eksistensi materil tapi hanya sebagai media dan sarana mencapai keridhaanNya dan menjauhi kemurkaanNya, sebagai firmanNya,

لكل وجهة هو موليها فاستبقوا الخيرات... ( البقرة 148 )
Setiap golongan mempunyai tujuan yang dihadapinya, sebab itu berlombalah dalam usaha-usaha kebaikan… (QS 2:48)
والى ربك فارغب ( الشرح 8 )
Dan kepada tuhanmu, tunjukanlah pengharapan! (QS 96:8)
ولا تكونوا كالذين نسوا الله فأنساهم ( الحشر 19 )
Dan janganlah kamu serupa dengan orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah melupakan mereka kepadanya dirinya sendiri… (QS 59:19)

Hal tersebut dipertegas lagi dengan sabda rasulallah “kerja adalah ibadah”, “Sesungguhnya Allah tidak menerima usaha hambanya yang tidak sungguh-sungguh” dan “ sesungguhnya Allah menyukai usaha hambanya yang profesional”.
Orientasi aktivitas ekonomi semata-mata untuk Allah bukan berarti Allah membutuhkan tapi semata-mata sebagai motivasi dan sugesti dalam mempertahankan kemuliaan. Jadi, kebutuhan materil dan spritual adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan
Dan sistem ekonomi Alquran semakin sempurna dengan adanya sistem kontrol terpadu dan tujuan mulia yang telah ditentukan langsung oleh sang Kholiq. Penjel-maan sistem kontrol akan terlihat jelas pada pengawasan vertikal dimana seorang hamba merasa terus terawasi dan bertanggungjawab, karena yang mengawasinya adalah Khaliqnya dan dia tidak akan lepas dari hukumanNya apabila melanggar, berbeda dengan pengawasan horizontal, dimana metode konvensional menjadi sarana untuk membatasi dan mengontrol manusia, sarana tersebut tak akan mengawasi dan mengarahkannya selama kesadaran dan tanggungjawabnya kurang. Artinya manusia akan selalu menghindar untuk tidak kena hukuman walaupun bersalah, hal tersebut tidak mungkin kalau eksistensi kontrol vertikal berfungsi, sebagaimana firmanNya,

الم يعلموا أن الله يعلم سرهم ونجوهم وان الله علاّم الغيوب (التوبة 78 )
Tidakkah mereka tahu, bahwa Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka. Dan sesungguhnyaAllah itu amat mengetahui segala perkara yang tersembunyi (QS 9:78)

والله يعلم ما تسرون وماتعلنون ( النحل 19 )
Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu terangkan (QS 16:19)

فمن يعمل مثقال ذرّة خيرا يره ومن يعمل مثقال ذرة شرّا يره ( الزلزلة 7-8 )
Dan siapa yang mengerjakan perbuatan baik seberat atom, akan dilihatnya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat atom akan dilihatnya (QS 99:7-8).

Disamping itu, juga tujuan ekonomi Alquran itu sendiri sangat membantu untuk dijadikan motivasi dan sugesti dalam memenuhi tujuan ekonomi secara materil, sebagaimana firmanNya,

ليس عليكم جناح ان تبتغوا فضلا من ربكم...( البقرة 198 )
Tidaklah mengapa kalau kamu mencari kurnia (rizki) tuhanmua. (QS 2:198)

وابتغوا من فضل الله واذكروا الله كثيرا لعلكم تفلحون ( الجمعة 10 )
Dan carilah kurnia Allah, dan ingatilah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung (QS 62:10)

Hal tersebut dikuatkan lagi oleh sabda Rasulallah “ Tidak mengapa menjadi orang kaya dengan syarat bertakwa “ (HR.Ahmad dan Thabrani)

Kemukjizatan Alquran dalam bidang Ekonomi (percontohan)
Mukjizat Alquran berbeda dengan mukjizat lainnya yang diturunkan pada rasul-rasul sebelum nabi Muhammad. Adalah kekuatan supranatural yang menantang dan membuktikan bahwa yang membawanya adalah benar-benar utusan Tuhannya. Mukjizat rasul-rasul sebelumnya berupa kekuatan alami yang supranatural, yang hanya bersugesti pada orang yang melihatnya kemudian mengimaninya, adapun orang yang hanya mendengarnya tak akan merasakan bias sugesti kekuatan supranaturalnya. Berbeda dengan Alquran, adalah kekuatan supranatural alamiah dan ilmiah, kalaulah tidak diisyarakan oleh Alquran, orang-orang akan mengatakannya mustahil. Ia memang benar-benar mukjizat aqliyah, ilmiyah dan ‘alamiyah yang kekal sampai hari pembalasan dan akan terus menantang untuk sepanjang masa bagi yang ingin membuktikannya.
Membicarakan mukjizat Alquran, bagaikan orang yang membelah lautan, tak akan ada habis-habisnya dan tak seorang ilmuwanpun akan mampu membuka seluruh rahasia-rahasia Alquran kecuali hanya untuk masa dan kondisinya serta masih akan tersisa rahasia-rahasia lain yang akan menjadikan kekaguman bagi orang yang menguaknya di setiap kurun.
Mukjizat ilmiyah Alquran adalah “Pemberitaan Alquran tentang hakikat yang dibenarkan oleh ilmu ekperimental ahir-ahir ini dan tak mungkin mengetahuinya dengan sarana manusia pada zaman diturunkannya wahyu”. Sebagaimana firmanNya,
ولكل نبإ مستقر وسوف تعلمون ( الأنعام 67 )
Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya, dan kelak kamu akan mengetahuinya (QS 6:67)

Mukjizat Alquran dalam bidang ekonomi berarti “Pemberitaan Alquran dalam bentuk dan sistem universal tentang kehidupan berekonomi untuk mengatur kehidupan manusia sepanjang kurun, dimana sistem tersebut kurang begitu berguna saat diturunkannya wahyu, disamping metode-metode diagnosis Alquran dalam mengantisipasi gejolak sosial ekonomi melalui solusi-solusi yang kondisional”. Sebab standarisasi kemukjizatan Alquran tidak terbatas pada metode pemberitaan dan peramalan saja tapi ada metode-metode lain yang bisa mengungkapkan keistimewaan tersebut. Metode-metode tersebut antara lain, metode historis (kisah orang Madyan), metode komparatif (perumpamaan kehidupan dengan air), metode observasi (perenungan dan penelitian), metode klinis (melalui dialog kejiwaan), metode pemicu (sampel-sampel tantangan) dan metode empiris/induksi (alami).


Contoh Kemukjizatan Alquran dalam Bidang Ekonomi.
1.      Ayat-ayat tentang Riba
i.        Albaqoroh 275-281

الذين يأكلون الربوا... كل نفس بما كسبت وهم لا يظلمون ( البقرة 275-281 )
Substansi ayat tersebut sebagai berikut,
- Kondisi ekonomi yang berlaku (praktek riba) dan kondisi ekonomi yang idealnya berlaku (bebas dari riba) hal tersebut dapat dilihat pada ayat 275-276.
- Kemampuan masyarakat untuk sampai pada strata konstitusi ekonomi bebas riba  dengan menyebutkan kriteria-kriterianya secara jelas (keimanan, amal soleh, pelaksanaan shalat dan mengeluarkan zakat) dan metode pendekatannya. Hal tersebut dapat terlihat jelas dalam ayat 277-278.
- Respon balik masyarakat pengguna ekonomi ribawi antara menerima dan menolaknya serta balasan akibat respon tersebut. Hal tersebut akan jelas dalam ayat 279-281.
Komponen-komponen ekonomi yang tercantum dalam ayat 275-281, secara global terbagi pada dua pokok utama;
a. Komponen positif, tercermin dalam elemen-elemen sebagai berikut,
- Jual-beli (pemberdayaan dengan tujuan investasi), terminologi ini sebagai alternatif dari terminologi riba yang sama-sama mencari keuntungan tapi dengan jalan eksploitasi. Maka ketika terminologi riba menjadi kajian utama dan issu sentral, hal tersebut menuntut kajian serupa dalam terminologi jual-beli dengan berbagai bentuk dan statusnya.
- Shadaqoh (pemberdayaan sebagai kepedulian sosial), terminologi shadaqoh adalah alternatif kedua dari riba dengan tendensi dan garapannya adalah pemberdayaan dan kepedulian sosial.
- Zakat (pengorbanan sebagai indikasi keimanan), adalah terminologi baru untuk menguji keimanan seseorang dengan kompensasi abstrak dan spiritualitas.
- Prosedur dan metode pembayaran hutang yang dihasilkan dari praktek-praktek ribawi.
b. Komponen negatif, tercermin dalam elemen-elemen sebagai berikut,

- Kegelisahan jiwa yang diakibatkan praktek-praktek riba, hal tersebut terjadi karena bisikan syetan untuk selalu tamak, serakah dan tak mengenal belas kasihan. Kegelisahan itu sendiri terlahir dari respon antipatinya terhadap kondisi sosial yang ada, disamping kekhawatiran resiko kerugian dan instabilitas ekonomi.

- Ekses-ekses ekonomi yang diakibatkan praktek riba (starata lokal dan internal) yang bisa menimbulkan gejolak dan krisis ekonomi.
- Perang ekonomi (strata global dan eksternal) dimana perang ekonomi dan usaha-usaha eksploitasi antar bangsa menjadi fenomena kehidupan.

Ayat-ayat tentang riba pada surat Albaqoroh 275-281 menjelaskan tentang prilaku egois dan individualis suatu masyarakat, maka diskursus yang mengawali ayat-ayat tersebut (ayat 261-274) bercerita tentang kepedulian sosial dan diskursus yang mengakhirinya (ayat 282-283) bercerita tentang konsolidasi dan dokumentasi utang-piutang dalam akta resmi.

Dari deretan diskursus ayat-ayat tadi menunjukan bagaimana metode Alquran dalam mendiagnosis kondisi dan praktek riba pada masyarakat yang sudah mapan dan stabil pertumbuhan ekonominya. Itulah salah satu kemukjizatan Alquran.
Kenapa kepedulian sosial (ayat 261-274) harus mengawali proses terciptanya konstitusi ekonomi bebas riba (ayat 275-281)? Sebagaimana diketahui, karakter ekonomi ribawi adalah egois dan individualis, maka langkah pertama untuk memperbaikinya adalah menanamkan kesadaran untuk peduli pada orang lain dan menanamkan kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat dan apa yang menimpa pada masyarakatnya akan menimpa pula pada dirinya. Inilah metode persuasif dan gradualitas sehingga tidak menimbulkan bias kaget dan shock.

Adapun konsolidasi dan dokumentasi utang-piutang datang mengakhiri ayat-ayat tentang konstitusi ekonomi bebas riba adalah solusi untuk mencegah ekses negatif dari paradigma baru ini, karena ketika praktek jual beli menjadi aktifitas yang berjalan, diperlukan suatu jaminan sehingga uang atau barangnya tidak hilang atau diaku orang lain, jaminan itu adalah dokumentasi dan pencatatan resmi sebagai data otentik ketika terjadi perselisihan.

Kronologis semua ayat-ayat tadi akan jelas dalam penjabaran sebagai berikut,
- Muatan ayat-ayat yang mengawalinya terdiri dari dua bagian. Yang pertama, aspek keimanan bahwa segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini adalah ciptaan Allah termasuk komponen ekonomi. Keduanya, aspek kepedulian sosial, dimana semua yang diciptakan Allah itu semata-mata untuk berinteraksi.
- Muatan ayat-ayat riba khusus menceritakan tentang konstitusi ekonomi bebas riba.
- Muatan ayat-ayat sesudahnya terdiri dari dua bagian, pertama aspek dokumentasi jual beli dan utang-piutang, keduanya aspek totalitas, dimana semua yang ada dalam genggaman manusia akan kembali kepada penciptanya, buat apa kita membang-gakannya kalau tidak bisa menyelamatkan pemiliknya.

      b. Surat Ar-rum 38-39

فآت ذا القربي حقه ...فأولئك هم المضعفون ( الروم 38-39 )
Muatan dalam ayat ini adalah menerangkan praktek riba yang mengakibatkan krisis aqidah. Maka solusinya adalah solusi ekonomi yang berhubungan dengan aqidah.

c. Surat Al-Imran 130-138

يأيهاالذين آمنوا لاتأكلوا الربوا اضعافا... هذا بيان للناس وهدى وموعظة للمتقين ( العمران 130-138 )
Muatan dalam ayat ini menerangkan tentang praktek riba yang mengakibatkan krisis sosial yang akan mengancam keutuhan bermasyarakat. Maka solusi yang diterapkan adalah adalah solusi-solusi ekonomi sosial yang bisa mengikat kerukunan masyarakat dan menjaga keutuhannya.

  1. Surat An-nisa 160-161
فبظلم من الذين هادوا...واعتد نا للكافرين منهم عذابا عليما ( النساء 160-161 )
Ayat ini memuat metode historis dan metode komparatif tentang akibat dan balasan orang-orang yang melakukan praktek riba.

  1. Ayat-ayat tentang Infaq.
Infak dalam konsep konvensional adalah kekuatan yang mendorong beredarnya barang, dengan infak permintaan terhadap barang akan bertambah dan apabila permintaan barang bertambah itu berarti meningkatnya produktifitas industri, penghasilan pertanian, menyediakan lapangan kerja dan secara tidak langsung menumbuhkan ekonomi pelayanan (jasa). Fenomena ekonomi tersebut secara tidak langsung sebagai indikasi pertumbuhan ekonomi dan bertambahnya income bruto.
Alquran telah mendeskripsikan terminologi infaq dalam banyak kondisi dan kesempatan, salah satunya adalah dalam surat Albaqoroh 261-274. hampir semua metode pembenaran kemukjizatan Alquran ada.

  1. Ayat-ayat tentang urgensi ekonomi dalam tataran kehidupan
Hal tersebut tercermin dalam surat An-nisa 102

ودّ الذين كفروا لو تغفلون عن أسلحتكم وأمتعتكم فيميلون عليكم ميلة واحدة... ( النساء 102)
Orang-orang yang kafir ingin supaya kamu terlengah dari senjata dan barang-barangmu, lalu mereka menyerang dengan sekaligus… (QS 4:102).

Pada waktu turunnya Alquran, peran ekonomi belum begitu terasa dan urgen kecuali hanya sebagai pelengkap dan pembekalan perang saja (At-taubah 91-92). Dalam kata lain, eksistensi ekonomi makro masih menduduki rangking pinggiran terbukti dengan tidak adanya konstitusi yang sistematis tentang manajemen dan pengelolaanya. Tapi sekarang Fenomena tersebut berbalik 180 derajat, dimana eksistensi ekonomi khususnya makro memegang kendali ekonomi dunia dan menjadi kekuatan raksasa yang bisa mengalahkan kekuatan militer sekalipun. Walaupun keterkaitan satu dimensi dengan dimensi lainnya tidak dapat dipungkiri dan tak dapat dipisahkan   (sebagai ekses globalisasi).
Maka peringatan Allah tersebut adalah peringatan dini yang banyak diabaikan umat Islam sehingga hasilnya adalah kemunduran dan keterbelakangan dibawah kendali orang-orangnon-muslim
Makna “
فيميلون عليكم ميلة واحدة... “ adalah majazi, dimana kalau tujuan orang kafir menunggu kelemahan umat islam itu hanya utnuk membunuh, kenapa tidak diungkapkan dengan kata-kata yang tranparan dan menukik. Jadi, semua itu berarti bahwa orang kafir menunggu kelemahan itu untuk memperbudak dan memperalat (eksploitasi) umat islam dengan menghinakan dan memuaskan ambisi mereka. Dan inti dari semua itu adalah menciptakan ketergantungan. Disamping ayat tersebut sebagai ramalan akan terjadinya hal yang ditakutkan terjadi pada umat islam.
 
  1. Dan lain-lain

Penutup

Terlalu luas untuk mengungkap tabir-tabir ilahi, kita umat islam belum mampu melakukan dan mengungkapkan makna-makna kitab sucinya sendiri, karena Alquran baru sebatas simbol yang mendapat pahala ketika membacanya.
Ironisnya, pembuktian kebenaran itu dilakukan oleh mereka yang meyakini akan realitas dan data empiris (keilmiyahan alam) walaupun belum mempercayai Muhammad sebagai Rasul Allah.
Jangankan sampai pada strata itu, budaya membacanya saja sudah menjadi barang langka. Maka bagaimana umat islam akan mencipta peradaban baru lagi? Semoga terjadi, amin.

Buku pustaka

1. I‘jâz Alqur’ân / Albâqillâny
2.  Mabâhits fi ‘Ulûm Alqur’ân / Mannâ‘ Alqathân
3. Mukjizat Ilmiyah dalam Alquran dan Assunah / ‘Abdul Majid bin ‘Aziz Alzindani dkk.
4. Al-mandzûmah al-ma‘rifiyah li-lâyâti arribâ fi Alqur’ân Alkarim / Rif‘at Sayyid Al-‘iwadly
5. Aljâmi‘ li Ahkâmi Alquran / Imam Qurthuby
6. Jâmi‘ul Bayân / Attabary
7. Dzatiyah siyasah aliqtishadiyah alislamiyah / Dr. M. Sauqy Fanzary

* Tulisan ini dipresentasikan oleh Cecep Solehudin, Lc. dalan acara diskusi FORDIAN 11 Maret 2001.